mark up

loading...

Sudah terbiasa bangun dari keterpurukan yang sering menggoda. Ia datang hanya sekedar untuk menghibur dirinya dan demi membenarkan sehebat apa dirinya saat bergelut dengan sedikit dari bagian diri. Ia adalah romantisme spontanitas yang bersarang diufuk kantuk. Lebih mirip di ujung tanduk.

Begitu cintanya Ia akan dirinya. Segenap indra serta nalar dari jiwanya menjadi bala tentara perkasa. Yang siapa saja mestilah gentar gemetar jika berhadapan  dengannya.

Ia, begitu berpotensi menggundang seribu makna. Namun, bagiku ia adalah romantisme spontanitas yang terus bersembunyi diri.


loading...

Komentar