Sejoli

loading...


menjelang maghrib hujan tak kunjung datang, di sepanjang garis pantai ini hening mulai melebarkan sayapnya. riuh yang bergemuruh sedari kumandangan adzan mulai bercerita tentang bagaimana malam selalu datang di sini, aku coba mereka-reka siapa lagi yang akan datang setelah gelap merengkuhi bibir pantai dengan pasir putih ini,.-mungkin hanya sekawan sapi atau kerbau- lirihku. sepertinya telah salah bila mengira penghuni malam di sini hanya rumah kerang dan jasad ubur-ubur putih yang terdampar di sepanjang pantai. aku mengira dengan memacu kuda besi untuk hengkang dari bising kota saat malam datang lalu mendampar di sini hanya akan membuat ku menemui diriku saja, mahkluk malam disini lebih ramah dan penyantun dari yang kudengar selama ini. bahkan mereka lebih tercebur dalam harmoni lebih dari yang aku, kau, dan mereka mengerti selama ini. karena telah menemukanku, kalian (maksudku mereka : para-penunggu pantai) adalah sejoli sejati. meski nanti seratus atau ber-ratus-ratus magrib lagi, selama pantai masih ada, selama azan masih berkumandang, selama debur masih membaur mengauli buih maka selama itu (harapku) sejolinya kalian akan terus menyergap setiap jasad yang mendampar disini. di pantai yang pasirnya putih.

Idi, 05 Juli 2013
bertanda
(NAIMA)


loading...

Komentar