Artikel; "Berbenah"

loading...

Dampak Narkoba Bagi Lingkungan Keluarga 

 

Dr. Aisyah Dahlan*
Kepala Unit Narkoba RS Bhayangkara Polri, Pembina Program After Care Sahabat Rekan Sebaya, Pembina Padepokan Recovery Slankers (SLANK), Kepala Unit Penanggulangan Narkoba RS Bhayangkara
Narkoba sudah jelas berbahaya bagi siapa saja yang menyalahgunakannya. Berbagai efek negatif, baik fisik maupun psikis jelas membuat korban penyalahguna narkoba menderita. Selain itu, dampak negatifnya juga akan dirasakan oleh keluarga korban.
Dipandang dari berbagai aspek, aspek psikis sangat jelas dirasakan oleh keluarga. Keluarga akan sama menderitanya dengan korban penyalahguna narkoba. Perasaan sedih, malu, kecewa dan perasaan lainnya, berkecamuk dan menimbulkan kekacauan dalam keluarga. Anggota keluarga yang menjadi pecandu, pada satu titik akan menujukkan sikap sama dengan pecandu itu sendiri. Mereka mengalami paranoid dan lain sebagainya.
Denial (Penolakan)
Hal yang jelas terasa dalam keluarga adalah adanya sebuah penolakan atau denial karena anak atau anggota keluarga lainnya terkena narkoba. Muncul pro-kontra dalam keluarga. Karena bisa jadi, anggota keluarga yang terkena narkoba itu sejak kecil tidak menunjukkan perilaku aneh atau menyimpang.
Dari kasus yang pernah terjadi, ada sebuah keluarga yang memiliki beberapa anak. Salah seorang anak yang dikenal supel, care dan ramah, tiba-tiba tanpa disadari keluarganya ternyata positif menggunakan narkoba. Lekas, ada dua pendapat yang muncul dari anggota keluarga yang lain.
Pertama, tidak bisa menerima dan tidak percaya anak itu menggunakan narkoba. Di pihak lain, ada pula yang menerima dan berupaya mencari jalan keluarnya. Tapi saat pertama, rasa penolakan sangat jelas dirasakan oleh semua anggota keluarga. Semakin lama, masalah narkoba di dalam keluarga itu akan semakin kompleks dan memicu konflik.
Konflik
Pengalaman banyak membuktikan, kehancuran keluarga merembet dari hal psikis hingga kepada masalah ekonomis. Jika dalam satu keluarga ada tiga orang anak, lalu kebetulan anak pertama terkena narkoba, maka potensi masalah bisa muncul dari kedua anak lainnya.
Mengurusi pecandu dalam keluarga tidaklah mudah. Mau tidak mau, seorang ibu pasti akan berjuang untuk menyelamatkan anaknya yang pengguna narkoba agar pulih. Bukan hanya tenaga, materi pun harus dikeluarkan. Seberapa besar pun materi akan diupayakan agar si buah hati sembuh.
Karena jumlah uang untuk masa rehabilitasi sangat besar, akan timbul kecemburuan dalam rumah tangga. Anak-anak yang lain akan semakin merasakan beban dan menyebabkan frustasi. Ada rasa waswas akan kehilangan semua barang materil dalam rumahnya.
Rasa itu mendorong mereka untuk protes dan memicu pertengkaran. Masalah keuangan yang cukup pelik, akan menyebabkan keretakan dan pertengkaran dalam keluarga yang tak berujung.
Co-Dependency
Dependency artinya ketergantungan yang dialami pecandu pada narkoba. Dan keluarga korban juga menjadi bergantungan kepada si pecandu. Semua keluarga pecandu rata-rata mengalami masalah ini. Berangkat dari rasa malu, kecewa dan perasaan lainnya karena anaknya terkena narkoba, orangtua akan terbebani dan mengakami tekanan. Ataupun sebaliknya.
Pertama, keluarga pasti menjadi paranoid, persis yang ditunjukkan si pecandu. Kalau malam-malam si anak mendapatkan telepon, keluarga akan cemas. Paranoid untuk selalu dan terus curiga merebak. Terpikir oleh orangtua, pasti itu telepon dari Bandar, atau aparat keamanan yang menangkap basah keluarga itu menyalahgunakan narkoba.
Keluarga juga akan menjadi sama dengan pecandu yang sering berbohong. Ketika ditanya orang lain tentang keadaan si korban, keluarga akan berupaya menyembunyikan fakta, dengan menjawab anak itu sedang mendapatkan perawatan medis, pergi ke luar kota, studi ke luar negeri, atau beribu alasan lain yang intinya menutupi kenyataan sebenarnya. Mereka takut malu dan khawatir disudutkan orang-orang sekitar.
Keluarga yang anggota keluarganya terkena narkoba juga akan menjadi kompromistik untuk saling menutupi. Contoh kasus, karena kasihan pada anak yang kecanduan heroin, orangtua yang tadinya tak ingin memberi uang karena takut dipakai si anak membeli barang tersebut, tapi akhirnya mengalah karena tak tega melihat anaknya menjadi sakau.
Rasa sakit dan penderitaan keluarga yang anggotanya terkena kasus narkoba memang buka main. Tak mudah bagi keluarga untuk menghadapi trauma yang bukan dalam hitungan hari atau bulan. Apalagi trauma seperti itu bisa saja muncul sewaktu-waktu. Keluarga dan pecandu harus berjuang melawan adiksi narkoba seumur hidup mereka yang rentan kambuh.
Family Programme
Trauma tak bisa hilang, namun bisa dikurangi. Tuhan memberi manusia akal untuk berpikir dan berbuat dalam menyelesaikan masalah. Betapapun berat menghadapi masalah adiksi, keluarga akan selalu diberikan kekuatan untuk mencari jalan keluar masalahnya.
Masalah narkoba sudah umum, dan bukan sialami satu keluarga saja. Dalam masa pemulihan, para orangtua bisa saling belajar dari orangtua lain saat mendampingi anak-anak mereka menjalani proses ini. Momentum itu bisa menjadi awal rasa kebersamaan.
Untuk mengurangi trauma dan perasaan lain, keluarga juga akan diberi program yang dikenal dengan Family Programme. Ada dua program penting yang diimplementasikan dalam program ini. Yaitu Family Therapy dan Family Support Group (FSG).
Family Therapy adalah terapi yang dijalani sebuah keluarga yang anaknya terkena narkoba. Keluarga biasanya akan mendatangkan para ahli di bidang adiksi, untuk melakukan konseling atau curhat tentang masalah adiksi. Dalam kesempatan ini, keluarga akan mendapatkan banyak bimbingan dan asupan informasi penting, tentang cara mendampingi, menghadapi korban, dan mengantisipasi jika kondisi terburuk kembali terjadi.
Family Support Group (FSG) adalah program kelompok keluarga korban penyalahgunaan narkoba untuk saling mendukung. Peran FSG sangat penting dalam proses pemulihan korban penyalahguna narkoba. Yang paling terasa dari kelompok ini tentunya adalah timbulnya rasa kebersamaan dan rasa nyaman dalam interaksi dan komunikasi.
Dalam FSG, keluarga bisa curhat dan mengekpresikan perasaannya tanpa khawatir malu atau takut dihujat. Ada value yang terus dijunjung tinggi dalam kelompok ini, yaitu semangat saling memberi dukungan. Dalam perkumpulan itu, keluarga akan silih berganti menceritakan pengalaman, bertukar pengalaman, dan berbagi wawasan tentang dunia adiksi narkoba.
*Dinukil www.bnn.go.id
loading...

Komentar