#Facebook : "Sebuah Pelajaran untuk Generasi Masa Depan"

loading...
AQU4_T : sumber : GroupFacebook @MAPESA / MASYARAKAT PEDULI SEJARAH ACEH
⚇⚇
Penulis : Musafir Zaman 👤‌🇫‌🇧 *
Sᴇʙᴜᴀʜ Pᴇʟᴀᴊᴀʀᴀɴ ᴜɴᴛᴜᴋ Gᴇɴᴇʀᴀsɪ Mᴀsᴀ Dᴇᴘᴀɴ
https://m.facebook.com/groups/202448007551?view=permalink&id=10156785798207552

Dulunya, saya menyangka keterangan seperti dimuat pada media informasi itu bersumber dari orang asing, tapi setelah membaca J. P. Moquette, saya jadi heran juga dari mana keterangan itu sebenarnya diperoleh?!

J. P. Moquette ternyata sudah menerbitkan nama-nama yang tepat dan akurat untuk para pemilik kubur di kompleks tersebut sejak 1904 (104 tahun yang silam) - sekalipun dengan ketidaksempurnaan yang diakuinya sendiri - dan itu bukan seperti yang terdapat di media informasi yang sekarang. Ini artinya, jangankan untuk menambah pengetahuan yang lebih jauh dari apa yang telah dicapai Moquette pada 104 tahun silam, untuk apa yang telah dicapai Moquette saja kita belum sampai! Menyedihkan dan memalukan!

Andai katalah keterangan J. P. Moquette yang dimuat pada media informasi itu, maka ini, setidaknya, menunjukkan bahwa pihak yang menanganinya ada-lah sedikit paham dan mengerti persoalan, dan sumber informasinya akan dicantumkan. Tapi, kenyataannya memang tidak demikian!

Satu hal lagi. J. P. Moquette, yang sarjana asing, Belanda dan kolonialis itu tidak menerjemahkan Kandang dengan apapun. Ia hanya menyebut "Kandang", dan baginya, itu merupakan sebuah petunjuk bagi keberadaan kompleks kubur tua. Lantas, setelah lama kolonial pergi, datang "pakar bumi putera" zaman ini menerjemahkan Kandang dengan "coop" dalam bahasa Inggris. Kalau ada orang Inggris yang datang ke kompleks kubur itu, saya kira, ia pasti melihat-lihat di mana ada kandang burung di situ. Tega sekali!

Sekarang, hasil kajian J.P. Moquette juga sudah jauh dilampaui oleh dua peneliti terkenal asal Prancis. Hasil penelitian mutakhir yang menyebut kompleks itu dengan Baitur Rijal (yakni, rumah para laki-laki pemberani) pun telah diterbitkan sejak sekitar 8 tahun yang lalu, dan dapat didownload gratis.

Lantas apa yang mungkin kita katakan untuk pihak pembuat informasi yang sekarang dibaca oleh setiap orang yang berkunjung ke kompleks kubur terpenting di Aceh ini?!

Tapi biasalah, kita memang sering ditakut-takuti dengan nama-nama berlabel tinggi, jabatan-jabatan yang mengawan, pernyataan-pernyataan yang dipenuhi kepongahan dan diikuti pula oleh sanjung puji, tapi apa yang kita temukan di lapangan kenyataan seringnya tidak lebih dari lingkaran berisi nihil!

Ananda-ananda yang saya sayangi, sekali lagi, keahlian. Bukan label, tapi keahlian. Jadikanlah waktu dan hari-hari untuk menambah keahlian, dari satu keahlian kepada keahlian yang lain, dan tidak perlu memberikan batas bagi apapun keahlian selama bermanfaat dan demi kebaikan.
     
Berikut ini petikan keterangan J. P. Moquette (tahun 1914) yang sudah diterjemahkan dari Belanda, dan artikel lengkap dan asli dapat didownload di sini:

https://archive.org/details/in.gov.ignca.37037/page/n3

Dalam penyelidikan lebih lanjut, ternyata apa yang kami temukan pada kubur-kubur sultan itu lebih besar dari apa yang saya kira sebelumnya. Sebab, setelah mempelajari inskripsi-inskripsi di sana dengan cermat, tampaklah sebagai berikut ini:

1. Makam Ali Mughajat Syah wafat pada hari Ahad, tanggal 12 Doelhidjah 936 Hijriah = Ahad, 7 Agustus 1530 M.

2. Makam putranya, Salahuddin (disebutkan pada batu nisan) meninggal pada hari Sabtu 23 Syawwal 955 H = Ahad 25 November 1548 M.

3. Makam 'Alauddin Al-Qahhar, pada batu nisan itu disebutkan: meninggal pada hari Jum'at 8 Jumadil Awal 979 H = Jum'at 28 September 1571 M.

4. Makam putra dari pengganti 3 (sultan nomor ke-3), yaitu 'Ali Ri'ayat Syah, yang disebutkan pada batu nisan: meninggal pada hari Senin, 12 Rabi'ul Awal 987 H = Senin, 8 Juni 1579 M.

5. Makam seseorang yang tidak dikenal (sejauh ini, saya mengenalnya) Sultan Yusuf, yang disebutkan pada batu nisannya: meninggal Selasa 27 Rabi'ul Akhir 987 H = Selasa 23 Juni 1579 M.

Selain itu, ada juga kubur Sultan Ghuri dan kedua saudaranya, Muhammad Syah dan Abdullah, tapi hanya saudara laki-laki pengganti 4 (sultan nomor ke-4), yang digelar dengan 'Ali Ri'ayat Syah. Di kompleks itu juga ada beberapa kuburan lainnya, yang batu-batu nisan utamanya telah hilang.

Batu-batu nisan Sultan Ghuri dan lainnya belum dapat kami uraikan secara memadai, dan batu-batu nisan yang hilang masih harus dicari.

......

Foto :

*) 
👥 ‌🇬‌🇷‌🇴‌🇺‌🇵🔸‌🇫‌🇧 
MAPESA : (https://m.facebook.com/groups/202448007551?view=permalink&id=10156785798207552)
 👤‌🇫‌🇧 
Penulis : Musafir Zaman  
*https://www.facebook.com/musafir.zaman.3*
loading...

Komentar