Menulis lagi #1

loading...
AQU4_T :


Tᴀɴᴘᴀ ᗞᴀʜᴀɴ

Tak bertangkai kuntum yang mekar ini, sudah berpeluh kita untuk bersetuju apabila-hinggap saat merengkuhi semerbak harumannya. Bunga-bunga itu. Tak ber-harā sekuntum itu katamu dapat ia tumbuh, begitu saja. Betapa candu akan taman yang sedang kita dera, itu sebenarnya kita. Sementara, saat ini ucapan yang lahir dari bibirku dan bibirmu telah melampaŭi isi bait-bait di ikrar yang pernah ada pada sumpah manapun, dengan apa tanggungan ini nanti akan kita tunaikan. Benar jadinya jika inilah yang disebut terlanjur oleh pendapat beberapa orang di sekeliling kita, tentang sudah buta-nya kita akan keindahan bunga yang sebenarnya. Mungkin,dalam remah-remah diri pernah melihat satu kalimat tanya tentang apa-sebenarnya- yang dicari diri ini. Tanya yang seperti begitu sulit mengakui dirinya. untuk jawab yang segera, tak semudah layaknya bertanya kepada anak kecil yang masih polos tanpa ego. Tanpa dahan, bagaimana kita yang tanpa dahan dapat alami mekar. Adakah hal itu mustahil. Bila, kita kata itu suatu yang tak mungkin, lalu apa yang tengah kita peluhkan sedari kemarin? Bolehkah -ia yang sampai saat tulisan ini lahir- ia-nya digelari dengan nama 'Anugerah' kepada hati?

"Jambŏe būlõh sama teungöh blàng, jambŏe-jambŏe nyån tāmpoéng öèn kŭdü. Kòen sâkët tubōęh kóen sâkët badån, nyoĕ sakët dăląm ãlȧĥ mȩųnänggŏěng rïndū" --Mᴇᴜsʏᴇɴ Rᴀʏᴀ / Mɪꜰᴛᴀʜ Aʀɪꜰ ♯ Aᴘᴀᴄʜᴇ13

loading...

Komentar