Bergeminglah

loading...
Sudah berlalu masa yang pernah kita bersama rancang penuh harap dengan sebaik-baiknya rencana. Saat ini tiba kita pada simpang jalan,  sampai dimana kita nanti di ujungnya jalan yang ini telah dengan sepihak ku berserah diri kepada Sang Pemilik Jagat Semesta. Illaihi ya Rabbi. Ketahuilah, temanku, wahai yang menyukai dekatku, begitu sebutmu. Sudah sepantasnya dirimu kujuluki kekasih, semua itu bukan tanpa sebab.
Sekiranya kita saling dalam meredam selama akhir-akhir tahun ini, yang dengan saling itu ku jadikan sebagai alasan kita sama. Seperti saat itu. Hanya saja, akhir-akhir ini sesuatu yang tak ku suka berkecambuk hebat pada akal dan rasaku. Dikau-pun sudah merasai imbasnya dari sikap-tindakku terhadapmu. Saat ini kita sepakat itu bukan rahasia, atas tikam-nya bertutur bahasa.
Saat ini sampailah kita di simpang ini, betapapun benci kita, namun hadirnya sedang berlangsung begitu. Sebagai lelaki, sudahlah tentu aku  enggan untuk duduk menunggu sambil mengalami kikis yang berkelanjutan sebab linglungmu. Bukankah pilihan taklah seperti begini.
Sebagai temanmu, aku sudi lihat punggungmu dan gerak lambai tanganmu sebagai tanda permulaan akhir, demi awalnya baru. Tak sedikitpun aku risau akanmu, 'kanku lampirkan senyum ikhlas. Begitu harapku agar engkau baik-sejahtera selama-lama. Doakanlah juga aku.
Bisa jadi sedikit ini yang sanggupku suguhi. sementaraku, tunggu untuk dengar bagaimana pendapatmu agarku sikapi, duhai yg terkasih.
Teralamatlah surat ini kehadapan teman, sahabat juga kekasih
dengan sesedikit-sedikitnya kata yang tak mesra.
Dari tempatku saat ini
20 Juli 2017
loading...

Komentar